Minggu, 24 Maret 2013

OBESITAS dan penyakit kardio-vaskuler




Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat badan sangat berlebihan, secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Namun perlu diwaspadai bahwa masalah obesitas tidak hanya sekedar mempengaruhi penampilan seseorang. Seperti dikatakan diatas masalah obesitas biasanya juga disertai masalah kesehatan lain seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian.


Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) perhari. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun didalam sel lemak dibawah kulit. Akibatnya orang tersebut akan menjadi gemuk. Pada awalnya ditandai dengan peningkatan berat badan, Bilamana penimbunan makin banyak, terjadi perubahan anatomis. Pada
wanita penumpukan jaringan lemak, biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, pinggung dan perut. Baru meluas keseluruh tubuh sampai kemuka. Sedangkan pada laki-laki, penumpukan jaringan lemak umumnya terjadi di bagian perut.

Masalah gizi Klinis merupakan masalah gizi yang erat hubungannya dengan
penyakit dan penanganannya memerlukan tindakan yang komprehensif. Sehingga
hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler, perlu dicegah dan diobati dengan merubah pola makan menjadi pola
makan sehat yang berpedoman pada aneka ragam makanan yang memenuhi gizi
seimbang.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor
dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab
hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah.

Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa
mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena
pada usia lanjut (usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya
berkurang. Pembuluh yang mengalami sklerosis (aterosklerosis), resistensi dinding
pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu jantung untuk
meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh.

Menurut Maria C. Linder, Ph.D dari California State University, Fullerton, CA, masih
menjadi perdebatan kontroversi tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup
terhadap terjadinya aterosklerosis. Namun dari beberapa kecenderungan
menyatakan bahwa: 1) terjadinya plak (plaque) aterosklerosis merupakan suatu
respon dari cedera pada dinding arteri terhadap kerusakan yang dibentuk oleh
lapisan epitel; 2) serat makanan, Mg dan beberapa mikronutrien seperti Cr, Cu
mungkin penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat
aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak yang memicu
terjadinya aterosklerosis dapat berikut ini.
Aterosklerosis terjadi bila sebagian besar permukaan bagian dalam arteri besar
membentuk plaqueHasil pengamatan epidemiologi yang membandingkan populasi
atau sub populasi di beberapa negara, menunjukkan bahwa banyak faktor cara
hidup dan makanan yang menyebabkan risiko menjadi lebih besar untuk menderita
penyakit kardiovaskuler.

Guna mencapai Tubuh Sehat Ideal, sejogyanya dimulai sedini mungkin sejak janin
dalam kandungan. Oleh karena itu ibu hamil harus cukup gizi serta menjaga
kesehatannya, agar melahirkan bayi yang sehat.
Yang lebih penting adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya sampai anak dewasa, agar mencapai tinggi badan dan berat badan
ideal, sehat jasmani dan rohani, menuju sumber daya manusia yang berkualitas.


TUBUH SEHAT IDEAL


 Tubuh sehat ideal secara fisik dapat dilihat dan dinilai dari penampilan luar.
Penilaian setiap orang tentunya berbeda, antara orang awam dengan orang yang
mempunyai latar belakang medis sangat berbeda. Namun secara umum orang
biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat dari postur tubuh, sikap dan tutur kata
serta interaksi orang tersebut dengan orang lain. Namun pengertian tubuh sehat
ideal dari segi kesehatan mencakup hal yang lebih luas, yang tidak cukup hanya
penilaian secara lahiriah, tetapi memerlukan pemeriksaan medis meliputi
pemeriksaan antropometri, fisiologi, biokimia dan patologi anatomi. Bila mengacu
dari definisi WHO diatas, untuk menyatakan seseorang mempunyai tubuh sehat
ideal, memerlukan juga penilaian secara psikologi dan psikiatri, apakah orang
tersebut mengalami kelainan kepribadian dan penyimpangan perilaku. Meskipun
secara fisik orang tersebut sehat, namun bila ada kelainan jiwa yang dapat
mengganggu kehidupan orang dilingkungannya, orang tersebut tidak sehat.

Postur tubuh ideal :
Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah
komponen tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal. Pengukuran
antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan
tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut :

               BB (kg)
IMT = --------------
             TB x TB (m)

Status Gizi           Wanita           Laki-laki
Normal                17 -23           18 –25
Kegemukan         23 – 27          25 - 27
Obesitas                  > 27             > 27

BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg

                       58
IMT = ---------------- = 22,37 (normal)
               1,61 x 1,61


IMT yang normal antara 18 – 25. Seorang dikatakan kurus bila IMT nya < 18 dan
gemuk bila IMT nya > 25. Bila IMT > 30 orang tersebut menderita obesitas dan
perlu diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita penyakit
degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan kelainan
metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium
Untuk mengetahui Berat Badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai
berikut : BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)

Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah
kegemukan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas.

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg

BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100)
              = 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)
BB 58 kg masih dalam batas > 10%.

Pengukuran lain yang dapat dilakukan untuk menilai apakah seseorang tersebut
kurus menderita kurang gizi, normal atau gemuk, dengan mengukur Lingkar lengan
kiri atas (Lila). Biasanya dilakukan pada wanita usia 15 – 45 tahun. Bila Lila < 23,5
cm, wanita tersebut menderita Kurang Energi Kronis (KEK).
Pengukuran antropometri lain yang sering digunakan adalah mengukur rasio Lingkar
perut dan Lingkar Pinggang (RLPP). Pada wanita RLPP yang disarankan < 0,8
sedangkan pada laki-laki < 1. Penilaian RLPP ini cukup penting karena untuk
mengetahui risiko menderita penyakit jantung. Seseorang dengan RLPP > 0,8 pada
wanita dan > 1 pada laki-laki mempunyai risiko menderita penyakit jantung lebih
besar dari yang RLPP nya dibawah ambang batas.
Untuk individu tertentu pengukuran diatas, belum dapat menggambarkan postur
tubuh yang ideal, dan memerlukan pengukuran lain yang lebih spesifik. Pada atlet
postur tubuh yang ideal berbeda, antara setiap jenis cabang olah raga. Misalnya
postur tubuh yang ideal bagi atlet petinju atau binaraga, sangat berbeda pada atlet
senam atau renang atau bila dibandingkan dengan orang biasa. Untuk kondisi ini
selain pengukuran IMT, dilakukan pula pengukuran tebal lemak (Skin fold), untuk
menilai apakah massa tubuh yang besar pada atlet tersebut terdiri dari otot atau
lemak. Sejogyanya atlet tinju, binaraga membutuhkan otot dan tulang yang kuat
untuk berlatih atau bertanding. Berbeda pada atlet senam atau renang, yang
membutuhkan massa tubuh yang tidak terlalu besar, tetapi tetap membutuhkan otot
dan tulang yang kuat dan lentur.

Sehat fisik /jasmani :

Untuk berada dalam kondisi Tubuh Sehat Ideal selain postur tubuh yang ideal juga
harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untuk
mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan
sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh terdiri dari Hidrat-arang, protein,
lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Hidrat-arang, protein dan lemak disebut zat
gizi makro dan vitamin serta mineral disebut sebagai zat gizi mikro. Kebutuhan zat
gizi sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan/aktivitas, suhu
linggkungan dan kondisi tertentu. Misalnya pada ibu hamil/meneteki atau sedang
sakit, membutuhkan zat gizi lebih banyak. Triguna makanan adalah sebagai 1)
sumber zat tenaga atau energi, 2) sumber zat pembangun dan 3) sumber zat
pengatur. Hidrat-arang, lemak dan protein merupakan komponen utama sebagai
sumber energi yang dibutuhkan untuk aktivitas, sedangkan protein dibutuhkan
sebagai sumber zat pembangun yaitu untuk pembentukan sel-sel tubuh. Dan vitamin
mineral sibutuhkan sebagai sumber zat pengatur yang diperlukan sebagai enzym,
co-enzym atau hormon untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh.
Kebutuhan energi untuk laki-laki dewasa berkisar antara 1.900 – 2.700 Kkal/hari,
sedangkan pada wanita antara 1.700 – 2.100 Kkal./hari.

Ketidak seimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi yang
terkandung untuk keperluan metabolisme tubuh akan mengganggu fungsi
metabolisme tersebut. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan status gizi kurang
atau gizi buruk. Sebaliknya kelebihan zat gizi akan menyebabkan status gizi lebih,
yang ditandai dengan kegemukan atau obesitas. Kekurangan atau kelebihan zat gizi
pada seseorang dapat terjadi secara spesifik sesuai pola makan orang tersebut,
yang dapat menimbulkan penyakit tertentu, tergantung zat gizi apa yang
kurang/lebih dikonsumsi. Misalnya kekurangan zat besi (Fe), dapat menimbulkan
anemia defisiensi besi, karena kurangnya hemoglobin yang tertentu. Pola makan
yang cenderung tinggi kalori, protein dan lemak akan menyebabkan tingginya kadar
glukosa, lemak, kolesterol dan asam urat dalam darah, yang dapat mempengaruhi
sistim kardio-vaskuler.